oleh M Rizal Fadillah*
MASALAH sederhana yang membuat ruwet senegara yaitu soal isu ijazah palsu Jokowi. Hingga kini belum juga terklarifikasi. Apalagi kasusnya sudah masuk ke ruang hukum. Itupun berulang kali. Rakyat penasaran akan kepemilikan dan keaslian ijazah Jokowi sang Presiden yang tenang tapi kontroversial. Polos tapi tukang bikin kisruh. Memang ia tidak memenuhi syarat dan sepertinya juga tidak bersertifikasi.
Dalam “peperangan” menuju pembuktian keberadaan dan keaslian ijazah tersebut, rakyat sementara unggul. Kurangnya skor telah empat nol, yaitu :
Pertama, lontaran status ijazah oleh Bambang Tri alih-alih ditanggapi dengan santuy, gemoy dan gaspol justru angkara murka yang ditampilkan. Bambang Tri ditangkap dan ditahan. Kekalahan mental Jokowi.
Kedua, dalam proses pidana di Surakarta, Bambang Tri tidak terbukti berbohong, nyatanya ijazah asli Jokowi tidak muncul. Pertimbangan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung menafikan ringkasan Bambang Tri. Hanya delik kebencian.
Ketiga, dalam kasus gugatan perdata di PN Jakarta Pusat ruwetnya soal surat kuasa Jokowi adalah bukti bahwa ia coba “ngeles” dari kebenaran. Gagalnya mediasi karena ijazah asli Jokowi tetap raib alias tak muncul menjadi bukti betapa sulitnya posisi Jokowi.
Keempat, kaburnya Hakim Ketua dari konferensi dan tim Jokowi yang belepotan serta indikasi sanksi atas kegagalan upaya “menutup” kasus gugatan di PN Jakpus membuat Jokowi panik. Status ijazah akan segera terbongkar.
Kini perpisahan memasuki tahap lanjutan, mungkin dengan susunan Majelis baru, karena yang lalu sudah kocar-kacir. Agenda penting dan menentukan nanti adalah “Pembuktian” baik bukti surat maupun saksi. Di sini rakyat se Indonesia dapat menyaksikan “babak akhir” gonjang-ganjing itu. Mampukah Jokowi menunjukkan ijazah aslinya ? Jika tidak, tamat riwayatnya. Tanpa perlu menunggu vonis, rakyat sudah bisa menghakimi.
Ketika saat itu ijazah Jokowi masih juga sembunyi, maka rakyat boleh melakukan “selebrasi kemenangan”. Hari-hari keruntuhan Jokowi dimulai. Lagu “hitung mundur terakhir” Eropa sudah saatnya digelegarkan. Bukan untuk meroket tetapi meluncur hancur babak belur.
Kekalahan telak Jokowi lima nol adalah momen untuk merombak kesebelasan secara fundamental. Jokowi bukan hanya sekedar terpental tetapi juga harus mempertanggungjawabkan segala kepalsuan mulai dari kebijakan, identitas diri maupun legalitas jabatan yang dipegangnya.
Bangsa Indonesia harus memberi sanksi berat.
Jika terbukti Presiden Jokowi memang berijazah palsu maka hal ini menjadi skandal terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia. Buku-buku sejarah anak sekolah kelak akan memuat skandal tersebut. Persis seperti muatan sejarah penghianatan PKI dahulu. Tidak mudah untuk dihapus. PKI..PKI..PKI.
Jika pada acara Debat Capres kemarin muncul kata yang keluar dari mulut sinis Prabowo “mas Anies..mas Anies”, mungkin besok saat Debat Cawapres ada keluhan “mas Gibran..mas Gibran”.
Nah, kelak mengecewakan rakyat kutukannya adalah “mas jokowi..mas jokowi”.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 18 Desember 2023
Discussion about this post